Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2014

Syair Rindu Untuk Lelakiku

Syair Rindu Untuk Lelakiku (Fitriani Ulma) Lelakiku… Demi hujan yang tak pernah letih menyirami kuncup bunga Demi hujan telah kupatrikan namamu di kedalaman hatiku Meski ku tahu hatimu milik wanita lain Lelakiku… Ku goreskan ceritra asaku tentangmu Lewat dawak dawak cinta yang telah kutuang untukmu Ku mulai dengan senyuman yang terpatri direlungku Sekalipun senyummu bukanlah untukku Sekalipun senyummu telah menjadi milik wanita lain Sekalipun ku tak berhak memanggilmu lelakiku Sekalipun ku tak berhak menggoreskan syair syair cinta untukmu Hembusan angin menyapa merdu dendangkan nyanyian rindu Sejuk terasa disetiap aliran darah Berkhayal bersama bayang bayangmu Mengobati kerinduan yang membeku dalam jiwa Waktu berjalan teramat perlahan Termenung, terpaku oleh sihir bayangmu Rindu… Rindu… Rindu… Aku merindukanmu, lelakiku Tiupan seruling kerinduan mengalun indah Di antara ranting ranting pohon asmara T

Untuk Dia, Lelakiku

Untuk Dia, Lelakiku (Fitriani Ulma) Ku tulis bait-bait cinta di antara dentum perkusi untuk dia, Lelakiku Lelaki yang mampu mengukir senyum di setiap mendungku Lelaki yang mampu melukis tawa di setiap dukaku Ku tulis syair-syair penyejuk jiwa di antara dawai biola untuk dia, Lelakiku Lelaki bersahaja, dengan senyuman tulusnya Lelaki gagah perkasa, dengan kesederhanaannya Sepertinya Tuhan menghadirkan cintaku untuk dia, Lelakiku. Cinta yang ku ungkapkan lewat sederet bahasa yang sedikit alay. Entah… Aku harus tersenyum atau menangis atas kehadiran cinta yang tengah kurasakan saat ini. Sebab tak ada yang bisa merasakannya jika dilihat dengan kasatmata karena cintaku ini hadir berdampingan dengan tetes air mata. Namun, cintaku tak memerlukan jemari tuk digenggam. Cintaku tak perlu menggunakan mata tuk mengawasi gerak-geriknya. Cintaku tak perlu memaksa mulut yang bungkam tuk menyuarakannya. Sebab cintaku hanya menunggu Tuhan menyatukan cinta kami lewat doa-doa y

Goodbye Desember Kelabu

Goodbye Desember Kelabu (Fitriani Ulma) Langit pekat mulai menampakkan keindahannya dengan deburan bintang gemintang yang berkerlip di angkasa. Rembulan pun tak kalah indahannya dengan ribuan bintang yang mengelilinginya. Rembulan malam ini juga nampak lebih terang dari malam sebelumnya. Malam semakin larut, alarm jam dindingku berbunyi menandakan pukul 24:00. Alarm yang sengaja kupasang untuk sejenak mengingatkan kembali kisah antara aku dan kamu bersama rembulan serta bintang gemintang malam itu. Semakin larutnya malam semakin kunikmati pula Sang rembulan dan bintang-bintang dibalik jendela kamarku. Namun, menyisakan pula pilu dan perih yang tak terperi. “ Adakah kamu memandangi bulan dan bintang malam ini? ” tiba-tiba berbisik lirih dalam hati kecil ini. Teringat aku pada seseorang nan jauh disana. Seseorang yang membuat bulan dan bintang mempunyai makna tersendiri untukku. Seseorang yang setahun silam mematrikan luka dihati ini. Luka yang sampai saat ini belum t

Puisi Desember Bulan Kenangan

Desember... Bagiku kau adalah bulan kenangan Bulan untuk sebuah renungan Bersama butir butir waktu yang telah terlewatkan Bersama peluh yang tertancap kokoh direlung hati Desember... Apapun yang pernah terjadi pada masamu Biarkan sejarah yang mengabadikannya Biarlah menjadi sebuah catatan dalam tiap prasasti kehidupanku Sebagai episode kelabu, tuk dikenang Selamat datang bulan di penghujun tahun Bulan yang kedatangannya ditandai angan dan menyisakan kenangan Bulan yang membawa kegembiraan juga kesedihan. Goodbye Desember kelabu Welcome To Desember ceria Gowa, 01 Desember 2014 Pernah terbit dikoran  @HarianFajar Makassar