“Allahumma wa mudzhiba al-ba’si anta asy-syaafi, laa syafiya illa syifaauka, syifaan la yughadiru saqaman : Ya Allah ya Tuhan kami, hanya Engkaulah yang menghilangkan kesedihan, Engkaulah yang Maha menyembuhkan, Tidak ada yang mampu menyembuhkan kecuali hanya Engkau yang menyembuhkan, sembuh tanpa terasa sakit.” Ya Allah.. Aku tau Engkau bagitu sayang padaku, sehingga Engkau memberikan ujian ini. Rasa sakit yang menyayat hati setiap detik waktuku. Rasa kecewa yang menggerogoti tiap detak jantungku. Kenyataan telah membuat hatiku terluka. Waktu telah ikrarkan kepalsuan rasa. Siang yang terang benderang bagiku mendung yang siap menumpahkan tangisnya. Atas puing luka yang telah digoreskan dan seutas kenangan hingga menggerogoti urat nadiku. Perlahan, aku sudah mulai sembuh melalui proses waktu yang tidak sebentar. Rasa sakit itu tak lagi mencabik-cabik hatiku. Aku sudah bisa sedikit demi sedikit melupakan kejadian pahit itu dan merasa seperti tak pernah terjadi apa-apa. A...
Di sinilah aku melepaskan kecamuk rasa. Bukan apa-apa, hanya saja serpihan kenangan yang tidak pernah utuh dilakoni.