Sepertinya,
Bibir ini tak sanggup lagi tuk ungkapkan rasa. Mungkin, membungkamnya adalah pilihan yang terbaik.
Namun, disisi lain...
Telinga ini jua tak sanggup lagi mendengar. Mendengar celoteh sang peremuk. Mendengarkan berbagai macam belati kata yang menusuk, merobek-robek hati ini.
Seakan hembusan nafas ini menari bagai merangkak, perlahan namun memilukan.
Tapi.......
Harus sampai kapan aku membungkam bibir ini? Membiarkan celotehan mereka menari-nari ditelingaku...
HHhuuumm, atau inikah cara-Mu membuat hamba-Mu yang satu ini belajar bijak dengan diam? Melapangkan dada tuk menerima celotehan mereka? atau, atau.... Engkau ingin melihat aku lebih dewasa menyikapi hal ini?
Entahlah.....
F.A Ulma
17 Juni 2014
Bibir ini tak sanggup lagi tuk ungkapkan rasa. Mungkin, membungkamnya adalah pilihan yang terbaik.
Namun, disisi lain...
Telinga ini jua tak sanggup lagi mendengar. Mendengar celoteh sang peremuk. Mendengarkan berbagai macam belati kata yang menusuk, merobek-robek hati ini.
Seakan hembusan nafas ini menari bagai merangkak, perlahan namun memilukan.
Tapi.......
Harus sampai kapan aku membungkam bibir ini? Membiarkan celotehan mereka menari-nari ditelingaku...
HHhuuumm, atau inikah cara-Mu membuat hamba-Mu yang satu ini belajar bijak dengan diam? Melapangkan dada tuk menerima celotehan mereka? atau, atau.... Engkau ingin melihat aku lebih dewasa menyikapi hal ini?
Entahlah.....
F.A Ulma
17 Juni 2014
Comments