" Kau Tetap
Ukhtiku "
Hari ini aku teringat akan dirimu ukhti
Masihkah kau yang dulu kukenal?
Masih kau ingatkah prasasti-prasasti
yang telah kita ukir bersama?
Masih kau ingatkah saat kita sama-sama
berjuang?
Menata akhlak di tengah kerasnya
kehidupan
Meniti harapan di pelataran senja
Menanti cinta-Nya di ujung sajadah
Menyulam ukhuwah dengan indah
Menyatukan akal dalam air mata
kebersamaan…
Walau dulu hati pernah bertanya
Apakah kau benar-benar peduli padaku?
Apakah kau benar-benar sayang padaku?
Apakah kehadiranmu di setiap suka dan
dukaku adalah bukti cintamu padaku?
Tetapi manusia bisa khilafkan?
Bisikku lagi menepis akan ketidak
percayaanku
Lantaran hadirnya sebuah prasasti
Yang tak kusangka di dongengkan oleh
bidadari sepertimu ukhtiku…
Itulah kelemahanku…
Yang terlalu diperbudak oleh amarah
Sehingga sulit tuk kubedakan
Antara kebaikan dan keburukan
Antara memberi dan menerima
Ataukah antara sahabat dan musuh
Ukhtiku…
Saat itu juga aku mulai tersadar akan
kekelirunku selama ini
Yah, kekeliruanku akan kasih sayangmu….
Cinta….
Pengorbanan….
Dan perhatianmu ternyata begitu tulus
kau berikan untukku
Ku ingin kembali menata asa bersamamu
Ku ingin kita saling memahami satu sama
lain
Ku ingin kita saling menopang demi
secuil senyum kebahagiaan
Karena aku tak menginginkan hadirya
kebencian
Kiranya kita sama-sama membuka gerbang
maaf
Yang setelah sekian lama terkunci
Yang masih menyimpan sebilah sembilu
yang menancap tajam di hati kita masing-masing…
Ukhtiku….
Bukankan kita tak ingin ukhuwah ini di
goyah oleh kisah masa lalu?
Tak ingin melihat wajah manis kita
semakin miris oleh tikaman perasaan ego masing-masing?
Karena kuyakin aku tanpa kamu, kamu
tanpa aku
Tiap prasasti yang telah kita ukir
bersama tak akan mempunyai arti sama sekali
Ukhtiku…
Dengarkan untaian kata demi kata yang
kulontarkan untukmu
Masihkah kau seperti yang dulu?
Ataukah telah kau temui jati diri orang
lain?
Yang menggantikan peranku dalam hidupmu?
Ukhtiku…
Ku ucapkan selamat malam untukmu
Sepertinya malam ini udara terlalu
dingin
Untuk aku berlama-lama
Menatap rembulan dibalik jendela
Mengukir kembali keping-keping prasasti
yang telah terlupakan…
Dengarkan aku sekali lagi
Kemarin ukhuwah kita sempat menjauh
Ketika ia hadir kembali…
Jemputlah ia…
Bak setetes air yang jatuh di telapak
tanganmu
Biarkan telapak tanganmu tetap terbuka
Agara ‘Ukhuwah’ itu tidak menjauh lagi
Ukhtiku…
Mungkin aku hanya mampu mengarang kisah
dalam imajiku
Karena setiap guguran daun akan berganti
tunas baru
Dan tak mungkin kisah kelam akan
terluang lagi
Karena aku yakin
Karena aku yakin
Kau masih tetap menjadi ukhtiku
sampai saat ini.
F.A Ulma 30/03/2014
Comments