MAKALAH
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Teori Sigmund Freud
OLEH KELOMPOK: 3
Fitriani Ulma
Rini Pratiwi
Andini Ardya. L
Affan Iskandar
Khaidir Ali
JURUSAN BIMBINGAN DAN
PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA/GOWA
2014-2015
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah, karya ilmiah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan karya ilmiah
ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Kepribadian, Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Semester V, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin
Makassar yang berjudul “Psikoanalisis (Sigmund Freud)”.
Dalam penyelesaian karya ilmiah ini,
kami banyak mengalami kesulitan, namun, berkat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami sadar, dalam penulisan karya
ilmiah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Gowa, Oktober 2014
Penyusun
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada abad
ke-21 ini terdapat empat psikologi yang menonjol, salah satu diantaranya yaitu
psikoanalisis. Keberjayaan psikoanalisis antara lain disebabkan oleh para
tokohnya yaitu Freud, Jung, dan Lacan,
yang benar-benar menguasai baik psikologi dan psikiatri.
Psikoanalisis
dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang
dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma
menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisis
menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh
motif-motif tidak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan
pembuat peta ketidaksadaran manusia.
B.
Rumusan Masalah
1. Siapa tokoh Psikoanalisis?
2. Apa yang dimaksud dengan psikoanalisis?
3. Bagaimana tingkat kehidupan mental menurut Sigmund Freud?
4. Bagaimana pembagian wilayah pikiran menurut Sigmund
Freud?
5. Bagaimana dinamika kepribadian menurut Sigmund Freud?
6. Bagaimana cara bertahan
menurut Sigmund Freud?
7. Apa bentuk-bentuk pertahanan yang dikemukakan oleh
Sigmund Freud?
8. Apa saja tahap perkembangan menurut Sigmund Freud?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan tentang tokoh Psikoanalisis.
2. Untuk menjelaskan pengertian psikoanalisis.
3. Untuk menjelaskan tingkat kehidupan mental menurut
Sigmund Freud.
4. Untuk menjelaskan pembagian wilayah pikiran menurut
Sigmund Freud.
5. Untuk menjelaskan dinamika kehidupan menurut Sigmund
Freud.
6. Untuk menjelaskan tentang cara pertahanan diri menurut
Freud.
7. Untuk menjelaskan bentuk-bentuk pertahanan yang
dikemukakan oleh Freud.
8. Untuk menjelaskan tahap perkembangan menurut Freud.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Sigmund Freud
Sigmund
Freud yang terkenal dengan Teori Psikoanalisis dilahirkan di Morovia, pada
tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939.
Gerald Corey dalam “Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy”
menjelaskan bahwa Sigmund Freud adalah anak sulung dari keluarga Viena yang
terdiri dari tiga laki-laki dan lima orang wanita. Dalam hidupnya ia ditempa
oleh seorang ayah yang sangat otoriter dan dengan uang yang sangat terbatas, sehingga
keluarganya terpaksa hidup berdesakan di sebuah aparterment yang sempit, namun
demikian orang tuanya tetap berusaha untuk memberikan motivasi terhadap
kapasitas intelektual yang tampak jelas dimiliki oleh anak-anaknya.
Sebagian
besar hidup Freud diabdikan untuk memformulasikan dan mengembangkan tentang
teori psikoanalisisnya. Uniknya, saat ia sedang mengalami problema emosional
yang sangat berat adalah saat kreativitasnya muncul. Pada umur paruh pertama
empat puluhan ia banyak mengalami bermacam psikomatik, juga rasa nyeri akan
datangnya maut dan fobi-fobi lain. Dengan mengeksplorasi makna mimpi-mimpinya
sendiri ia mendapat pemahaman tentang dinamika perkembangan kepribadian
seseorang.
Sigmund
Freud dikenal juga sebagai tokoh yang kreatif dan produktif. Ia sering
menghabiskan waktunya 18 jam sehari untuk menulis karya-karyanya, dan karya
tersebut terkumpul sampai 24 jilid. Bahkan ia tetap produktif pada usia senja.
Karena karya dan produktifitasnya itu, Freud dikenal bukan hanya sebagai
pencetus psikoanalisis yang mencuatkan namanya sebagai intelektual, tapi juga
telah meletakkan teknik baru untuk bisa memahami perilaku manusia. Hasil
usahanya itu adalah sebuah teori kepribadian dan psikoterapi yang sangat
komprehenshif dibandingkan dengan teori serupa yang pernah dikembangkan.
Psikoanalisa
dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang
dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma
menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisa
menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh
motif-motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan
pembuat peta ketidaksadaran manusia.
Dalam
dunia pendidikan pada masa itu, Sigmund Freud belum seberapa populer. Menurut
A. Supratika, nama Freud baru dikenal pertama kalinya dalam kalangan psikologi
akademis pada tahun 1909, ketika ia diundang oleh G. Stanley Hall, seorang
sarjana psikologi Amerika, untuk memberikan serangkaian kuliah di universitas
Clark di Worcester, Massachusetts. Pengaruh Freud di lingkungan psikologi baru
terasa sekitar tahun 1930-an. Akan tetapi Asosiasi Psikoanalisis Internasional
sudah terbentuk tahun 1910, begitu juga dengan lembaga pendidikan psikoanalisis
sudah didirikan di banyak negara.
B. Pengertian Psikoanalisis
Psikoanalisis ditemukan di Wina, Austria, oleh Sigmund
Freud. Psikoanalisis merupakan salah satu aliran di dalam disiplin ilmu
psikologi yang memilik beberapa definisi dan sebutan, Adakalanya psikoanalisis
didefinisikan sebagai metode penelitian, sebagai teknik penyembuhan dan juga
sebagai pengetahuan psikologi.
Psikoanalisis menurut definisi modern yaitu:
1. Psikoanalisis adalah pengetahuan
psikologi yang menekankan pada dinamika, faktor-faktor psikis yang menentukan
perilaku manusia, serta pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk
kepribadian masa dewasa,
2. Psikoanalisis adalah teknik yang
khusus menyelidiki aktivitas ketidaksadaran (bawah sadar),
3. Psikoanalisis adalah metode
interpretasi dan penyembuhan gangguan mental.
Psikoanalisis memiliki
sebutan-sebutan lain yaitu:
1.
Psikologi dalam, karena menurut Freud penyebab neurosis adalah gangguan jiwa
yang tidak dapat disadari, pengaruhnya lebih besar dari apa yang terdapat dalam
kesadaran dan untuk menyelidikinya, diperlukan upaya lebih dalam,
2.
Psikodinamika, karena Psikoanalisis memandang individu sebagai sistem dinamik
yang tunduk pada hukum-hukum dinamika, dapat berubah dan dapat saling bertukar
energi.
3. Adapun contoh dari Psikoanalisis adalah Hipnotis, analisis mimpi, mekanisme
pertahanan diri.
C. Tingkat Kehidupan
Mental
Freud
mengemukakan bahwa kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat, alam sadar dan alam tidak sadar. Alam tidak sadar terbagi menjadi dua tingkat,
alam tidak sadar dan alam bawah sadar.
1. Alam Tidak Sadar
Alam
tidak sadar (unconscious) menjadi tempat
bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang tidak kita sadari tetapi ternyata
,mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita. Sekalipun kita sadar akan
perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak menyadari proses mental yang
ada dibalik perilaku tersebut. Misalnya, seorang pria bisa saja mengetahui bahwa ia tertarik
pada seorang wanita tapi tidak benar-benar memahami alasan dibalik
ketertarikannya, yang bisa saja bersifat tidak rasional.
Freud
meyakini bahwa keberadaan alam tidak sadar ini hanya bisa dibuktikan secara tidak langsung.
Baginya alam tidak sadar merupakan penjelasan dari makna yang ada dibalik
mimpi, kesalahan ucap (slip tongue),
dan berbagai jenis lupa, yang dikenal sebagai represi (repression).
Mimpi
adalah sumber yang kaya akan materi alam bawah sadar. Contohnya, Freud
meyakini bahwa pengalaman masa kanak-kanak bisa muncul dalam mimpi orang dewasa
sekalipun yang bermimpi boleh jadi tidak ingat secara sadar akan
pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Alam Bawah Sadar
Alam
bawah sadar (preconscious) ini memuat semua elemen yang tidak disadari, tetapi bisa muncul dalam kesadaran dengan cepat
atau agak sukar (Freud,1933/1964).
Isi
alam bawah sadar ini datang dari dua sumber yaitu:
a. Persepsi sadar (conscious perception)
Persepsi
dari seseorang,
secara sadar dalam waktu singkat akan segera masuk ke dalam alam bawah sadar selagi
focus perhatian beralih ke pemikiran lain. Pikiran yang dapat keluar masuk
antara alam sadar dan alam bawah sadar, umumnya adalah pikiran-pikiran yang
bebas dari kecemasan. Antara gambaran sadar dan dorongan tidak sadar nyaris
sama satu dengan lainnya.
b. Gambaran-gambaran bawah sadar
adalah alam tidak sadar.
Freud
meyakini bahwa pikiran bisa menyelinap dari sensor yang ketat dan masuk ke alam bawah sadar dalam bentuk yang
tersembunyi. Beberapa gambaran itu tidak kita sadari, karena ketika kita menyadari
bahwa gambaran itu datang dari alam tidak sadar maka kita akan merasa cemas, sehingga sensor
akhir akan menekan gambaran itu dan mengembalikannya ke alam tidak sadar. Sedangkan ada
beberapa gambaran yang masuk ke alam sadar karena dapat bersembunyi dengan
baik dalam bentuk mimpi, salah ucap, ataupun dalam bentuk pertahanan diri yang
kuat.
3. Alam Sadar
Alam
sadar (conscious) didefinisikan
sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah satu-satunya
tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih. Ada dua pintu
yang dapat dilalui oleh pikiran agar bias masuk kea lam sadar.
a. Melalui system kesadaran
perceptual (perceptual conscious), yaitu terbuka pada dunia luar dan berfungsi
sebagai perantara bagi persepsi kita tentang stimulus dari luar.
b. Melalui struktur mental dan
mencakup gagasan-gagasan tidak mengancam yang datang dari alam bawah sadar maupun
gambaran-gambaran yang membuat cemas, tetapi terselubung dengan rapi yang
berasal dari alam tidak sadar. Ketika gagasan itu tiba di alam sadar, maka
gagasan itu sudah berubah wujud dan terselubung dalam bentuk perilaku-perilaku
yang defensif
atau dalam bentuk mimpi.
D. Wilayah Pikiran (Id, Ego, dan Superego)
1. Id
Psikologi
Freud bertitik tolak dari dunia nyata, dunia yang penuh dengan benda-benda.
Diantara ada objek yang sangat khusus yaitu organisme. Salah satu bagian
terpenting dari suatu organisme adalah sistem saraf yang memiliki karakter
sangat peka terhadap apa yang dibutuhkan. Ketika manusia lahir, sistem
syarafnya hanya sedikit lebih baik dari binatang lain, itulah yang dinamakan id. Id adalah istilah yang diambil dari
kata ganti untuk “sesuatu” atau “itu” (the it), atau komponen yang tak
sepenuhnya diakui oleh kepribadian.
Id
tak punya kontak dengan dunia nyata, tetapi selalu berupaya untuk meredam
ketegangan dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar. Id berfungsi untuk
memperoleh kepuasan dan sekjalan dengan prinsip kesenangan. Sistem syaraf,
sebagai id, bertugas menerjemahkan kebutuhan satu organisme menjadi daya
motivasional yang disebut sebagai insting atau nafsu. Freud juga menyebutnya
dengan kebutuhan. Kebutuhan yang menjadi keinginan disebut proses primer.
Contohnya bayi yang baru lahir akan
tetap mengisap terlepas dari ada atau tidaknya puting susu, karena ia akan
memperoleh kepuasan ketika melakukannya. Karena id tidak mempunyai kontak
dengan kenyataan maka bayi itu tidak menyadari bahwa sebenarnya dengan mengisap
jempol tidak akan membantunya bertahan hidup.
2.
Ego
Ego atau saya adalah satu-satunya wilayah pikiran yang
memiliki kontak dengan realita. Kebutuhan lambat laun akan semakin kuat dan
bertambah banyak, sedang keinginan-keinginan lain akan datang silih berganti.
Di seputar alam sadar ini, selama tahun-tahun pertama kehidupan seorang bayi,
sebagian id berubah menjadi ego (aku).
Ego menghubungkan organisme dengan realitas dunia melalui alam sadar yang dia
tempati, dan dia mencari objek-objek untuk memuaskan keinginan dan nafsu yang
dimunculkan id untuk merepresentasikan apa yang dibutuhkan organisme. Proses
ini disebut proses sekunder.
Tidak seperti id, ego
berfungsi berdasarkan prinsip-prinsip realitas, artinya dia memenuhi kebutuhan
organisme berdasarkan objek-objek yang sesuai dan dapat ditemukan dalam
kenyataan.
Contohnya, ego seorang wanita secara sadar, memotivasinya untuk memilih pakaian yang dijahit rapi dan
sangat licin karena ia merasa nyaman berbusana seperti itu. Pada saat yang sama
ia mungkin ingat samar-samar (secara
bawah sadar) bahwa sebelumnya ia pernah dipuji karena memilih pakaian yang
bagus. Selain itu, barangkali termotivasi secara tidak sadar untuk berperilaku rapi dan teratur. Jadi keputusan
untuk mengenakan pakaian rapi nan licin bisa terjadi di tiga tingkat kehidupan
mental.
3.
Superego
Dalam psikologi Freudian, superego mewakili aspek-aspek
moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralistis dan idealis yang berbeda dengan prinsip kesenangan dari Id dan prinsip
realistis dari ego.
Ketika ego berusaha membuat id tetap senang, di sisi lain
dia juga mengalami hambatan yang ada di dunia nyata. Segala objek dunia nyata
yang menghalangi dan mendukungnya inilah yang kemudian menjadi superego.
Superego memiliki dua sisi:
a. Nurani merupakan internalisasi dari
hukuman dan peringatan.
b. Ego ideal yaitu berasal dari pujian
dan contoh-contoh positif yang diberikan kepada anak-anak.
Hubungan
antara id, ego, dan superego.
Hubungan antara Id, Ego dan Superego pada tiga individu
secara hipotesis:
a. Pada individu pertama, id
mendominasi ego yang lemah dan superego yang plin-plan sehingga ego tidak mampu
menyeimbangkan antara gigihnya tuntutan id. Akibatnya individu ini
terus-menerus memuaskan kesenangannya tanpa memandang apa yang mungkin atau
layak.
b. Individu kedua, memiliki rasa
bersalah serta perasaan inferior dan ego yang lemah, akan mengalami sederetan
konflik karena ego tidak bias mengendalikan tuntutan antara superego dan id
yang saling bertentangan, tetapi sama kuat.
c. Individu ketiga, yang memiliki ego
kuat dan mampu memenuhi tuntutan, baik dari id,maupun superego sehingga secara
psikologis mampu menenangkan kendali atas prinsip kesenangan dan prinsip
moralitas.
E. Dinamika Kepribadian
Freud
mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip motivasional untuk menerangkan
kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Dorongan-dorongan itu antara
lain:
1. Seks
Libido
(hasrat seksual) adalah istilah yang biasa digunakan oleh pendiri psikoanalis,
Sigmund Freud, untuk menamakan hasrat atau dorongan seksual. Ia mengatakan
bahwa dorongan ini dikarakteristikkan dengan bertumbuhnya secara bertahap
sampai puncak intensitas, diikuti dengan penurunan tiba-tiba dari
rangsangan.Waktu dia mempelajari proses ini pada pasien-pasiennya, Freud
menyimpulkan bahwa berbagai kegiatan seperti makan dan minum, dan juga kencing
serta buang hajat juga memiliki pola yang sama. Konsekuensinya, ia menyimpulkan
bahwa tindakan ini juga memiliki hasrat seksual juga.Freud juga tertarik pada
perkembangan libido, yang ia lihat sebagai dorongan manusia yang paling dasar dan
paling kuat. Ia percaya bahwa perkembangan libido dapat dibagi dalam beberapa
tahap yang berbeda dan bisa dikenali.
Selama
bayi, ia melihat bahwa hasrat seksual terfokus di mulut, dan biasanya terwujud
dalam kegiatan menyedot. Ia menyebut ini sebagai tahap oral dalam perkembangan
hasrat seksual.Dalam tahap tahun kedua dan ketiga dalam kehidupan anak, waktu
si anak belajar menggunakan kamar kecil, fokus dari kenikmatan erotis berpindah
ke fungsi rektal. Freud menamakan ini tahap anal.Kemudian, pada saat puber,
fokus berpindah pada organ seks, suatu periode perkembangan yang ia namakan
tahap phallic dalam kedewasaan hasrat seks.Dalam tahap berikut dari
perkembangan, dorongan libido berfokus pada orang tua yang berlawanan jenis dan
menambahkan warna erotis bagi pengalaman anak itu ke orang tuanya.
Ketidak-setujuan
orangtua pada dorongan seks yang tidak terkendali dipercaya oleh Freud akan
berlanjut pada perkembangan jiwa manusia yang terdiri dari tiga komponen: id,
ego dan superego. Id, insting-insting dan dorongan dasar (termasuk libido tapi
juga dorongan lain seperti agresif) memberikan energi fisik yang diperlukan
untuk melakukan kegiatan.Ego, yang memiliki fungsi eksekutif, mengatur
pemenuhan hasrat seks dan hasrat lainnya setiap hari dalam cara yang diterima
dan bisa dilakukan di masyarakat. Superego adalah standar sosial dari perilaku
yang telah dipahami dan dipelajari, termasuk kesadaran akan perilaku yang
dilarang atau melanggar hukum.
Dalam
keadaan sadar, ada batas yang kuat memisahkan ketiga daerah ini, tapi waktu
tidur atau berfantasi, batas ini melemah, memungkinkan kebangkitan ekspresi
dari hasrat libido yang biasanya terkendali. Kesadaran akan dorongan dan
fantasi yang tidak terkendali bisa membuat seseorang merasa malu atau rasa
bersalah secara seksual. Freud percaya bahwa kepribadian seseorang terbentuk di
awal kehidupan dan ditentukan bagaimana dorongan dasarnya seperti libido
dipuaskan.
Kegagalan
untuk memuaskan dorongan ini berakibat pada perkembangan pribadi dan kesehatan
psikologis seseorang.Generasi berikut dari psikoanalis mempertanyakan karya
Freud tentang libido. Beberapa menekankan titik dimana Freud terlalu menekankan
perkembangan biologis dan kurang menekankan akibat dari faktor budaya dan
sosial dalam perilaku dan praktek seksual.
Carl
Jung, seorang psikiatris dan psikoanalis dari Swiss, menolak pandangan Freud
tentang libido dengan menolak pandangan bahwa pengalaman seksual waktu bayi
adalah penentu penting dalam masalah emosi orang dewasa. Jung membuat teori
lain tentang libido yang memandang keinginan untuk hidup dan bukan libido
adalah merupakan dorongan terkuat. Jung menekankan perbedaan antara
kepribadian introvert dan ekstrovert. Ekstrovert adalah individu yang
keinginannya mengarah kuat (tapi tidak semuanya) keluar ke orang lain dan dunia
sekelilingnya. Mereka merasa nyaman di keadaan sosial dimana mereka berada dan
sangat bisa berteman. Introvert adalah karakteristik kebalikannya, termasuk
mengarahkan perhatian terhadap proses diri dan pikirannya. Mereka biasanya
mengandalkan diri sendiri, introspektif, pemikir dan biasanya tidak terlalu
nyaman dalam kelompok sosial yang besar.
Jung
menggunakan istilah libido untuk menunjuk pada energi mental yang bertanggung
jawab untuk membuat dan menjaga intro/ekstrovert. Ia tidak percaya seseorang
adalah introvert atau ekstrovert, tapi adalah campuran dari keduanya dalam
berbagai tingkatan.Banyak ahli psikologis kontemporer memandang libido sebagai
potensi dasar manusia yang walau berakar pada biologi manusia (misalnya, hormon)
terbentuk karena budaya dan pengalaman.
Dengan
kata lain, dorongan dasar manusia untuk kegiatan reproduksi dan potensi
berdasar biologis untuk mendapatkan kenikmatan dari tindakan yang berhubungan
dengan kontak fisik (misalnya titik saraf di kulit dan membran mukosa) yang
dibentuk oleh pengalaman seseorang dalam pertumbuhannya dalam suatu keluarga
dan masyarakat. Bagaimana motivasi seksual distrukturkan, dan melalui
bagaimana dorongan seksual dipuaskan, dan apakah tindakan tertentu dinamakan
atau dihindari sebagai tidak pantas, semuanya ditentukan oleh pengaruh sosial
tersebut.
2. Insting Kehidupan Dan Insting Kematian
Freud berpendapat bahwa seluruh
perilaku manusia didorong oleh nafsu atau instingnya, dimana instingnya
merupakan representasi neurologis dari kebutuhan-kebutuhan fisik-biologis.
Freud mengemukakan insting kehidupan mencakup:
a. Kehidupan individual, dengan
mendorong seorang individu memenuhi kebutuhan makan dan minum.
b. Kehidupan spesies, dengan
mendorongnya untuk melakukan hubungan seks.
Freud menyakini dibalik insting kehidupan terdapat insting
kematian. Freud merujuk pada prinsip nirwana. Prinsip ini merujuk pada
ketiadaan, non-eksistensi, kekosongan yang jadi tujuan hidup dalam filsafat
orang-orang Budha. Bukti tentang adanya insting kematian dan prinsip nirwana
adalah saat kita benar-benar menginginkan kedamaian, ketenangan, jauh dari
segala bentuk dorongan dan rangsangan, yang dapat dilihat dari tindakan kita
meminum alkohol atau memakai narkoba.
3.
Kecemasan
Kecemasan merupakan perasaan terjepit dan terancam. Menurut
Freud ada tiga jenis kecemasan:
a. Kecemasan realistic
Kecemasan jenis ini disebut sebagai
rasa takut. Contohnya: Ketika ada seorang yang melempar seekor ular berbisa di
depan kita, maka kita akan mengalami kecemasan realistik.
b. Kecemasan moral
Kecemasan moral ini merupakan kata
lain dari rasa malu, rasa bersalah atau rasa takut mendapat sanksi. Kecemasan
ini bisa muncul karena kegagalan bersikap konsisten dengan apa yang mereka
yakini benar secara moral, misal tidak mampu mengurus orang tua yang memasuki
usia lanjut.
c. Kecemasan neurotic
Kecemasan akibat bahaya yang tidak
diketahui. Misalnya kita pernah merasakan gugup, tidak mampu mengendalikan
diri, perilaku, akal, dan mikiran kita maka kita sedang mengalami kecemasan
neurotik.
F. Cara-Cara Bertahan
Ego menurut
Freud memiliki suatu mekanisme
pertahanan/ defense
mechanisms yang disebut repression
untuk mengatasi konflik antara tuntutan realitas, hasrat id, dan hambatan
superego. Namun
ketika kecemasan begitu menguasai, ego harus berusaha mempertahankan diri.
Secara tidak sadar, dia akan bertahan dengan cara memblokir seluruh
dorongan-dorongan menjadi wujud yang lebih diterima dan tidak telalu mengancam.
Cara ini disebut mekanisme pertahanan ego.
Selain
penekanan/ represi, menurut Freud, mekanisme pertahanan ego yaitu :
1.
Proyeksi, yaitu
proses pertahanan ego dengan mengganti objek dengan objek lain yang kurang
berbahaya dengan tujuan mengurangi tekanan.
2.
Pembentukan Reaksi, yaitu
penggantian impuls/ perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan lawannya didalam
kesadaran.
3. Fiksasi, yaitu keadaan menggantungkan
kondisi untuk mengurangi ketegangan.
4.
Regresi, yaitu
keadaan dimana seseorang mengalami penurunan fase perkembangan.
G.
Bentuk- Bentuk Pertahanan
1.
Penolakan
Penolakan dilakukan dengan cara memblokir.
Peristiwa-peristiwa yang datang dari luar kesadaran. Jika dalam situasi
tertentu peristiwa ini terlalu banyak untuk ditanggulangi, seseorang hanya
perlu menolaknya. Sebagaimana yang anda kira , cara ini adalah cara yang paling
primitif dan berbahaya,karena tidak ada orang yang selamanya mampu dari
kenyataan. Penolakan dapat kerja sendiri atau, biasanya, dikombinasikan dengan
bentukmekanisme pertahanan lain yang lebih kukuh.
Pernah suatu ketika saya melihat putri saya yang
berusia 5 tahun menonton film kartun. Seperti biasanya dia duduk agak dekat
duduk dengan televisi. Ketika tak ada satu pun diantara kami yang terlalu
memperhatikan televisi pada saat iklan film horor ditayangkan, lengkap dengan
tampilan pisau berdarah, topeng menakutkan dan teriakan-teriakan orang
ketakutan, maka pada saat itu juga saya menyelamatkan putri saya dari horor
yang ditampilkan di iklan tersebut. Jadi, seorang psikolog dan sebagai seorang
ayah yang baik, saya ingin berbuat sesuatu untuk putri saya itu. Saya katakan
kapdanya “sayang, itu iklan yang menakutkan bukan?” Dia menjawab singkat “Hah?”
Saya katakan lagi kepadanya, “ Iklan itu lho, bukankah itu sangat menakutkan “?
Dia heran dan balik bertanya , “Iklan yang mana”? Tampaknya dia malah tidak
memperhatikannya.
Sejak saat itu, saya jadi tahu kadang-kadang anak
kecil dengan enteng dapat melewati hal-hal yang seharusnya tidak dapat mereka
hadapi. Saya juga pernah melihat orang-orang yang ngotot melakukan otopsi
terhadap keluarganya yang sudah meninggal, hanya karena ingin mengingkari
kenyataan bahwa keluarganya memang sudah meninggal. Inilah bentuk dari
penolakan yang kita maksud disini.
Anna Freud juga melengkapi konsep penolakan ini
dengan penolakan dalam fantasi. Penolakan
jenis ini terjadi ketika anak-anak membayangkan ayahnya yang “jahat” berubah
menjadi boneka lucu baik, atau mengubah seorang bocah yang tak berdaya menjadi
ksatria gagah.
2. Represi
Atau disebut oleh Anna Freud dengan “ melupakan yang
bermotivasi “ , adalah ketidakmampuan untuk mengingat kembali situasi, orang
atau peristiwa yangmenakutkan. Represi juga merupakan mekanisme pertahanan ego
yang berbahaya sekaligus menjadi bentuk yang paling umumnya.
Waktu remaja dulu saya sangat takut pada
laba-laba, khususnya laba-laba berkaki panjang. Saya tidak tahu apa yang
menyebabkan saya menakutinya, tapi saya ingat bahwa perasaan itu mulai
menghantui saya ketika saya mulai kuliah. Semasa kuiah, seorang teman membantu
menghilangkan perasaan ini (menggunakan teknik yang disebut desentisasi
sistematiis), tapi saya tetap tidak bisa mengingat apa yang menjadi
penyebabnya. Beberapa tahun kemudian, saya bermimpi di kurung oleh sepupu saya
di dalam gudang di rumah kakek kami. Gudang itu sangat kecil, gelap dan
lantainya sangat kotor. Coba anda tebak, lantai itu dipenuhi laba-laba bekaki
panjang.
Analisis Freudian menjelaskan fobia ini sangat
sederhana. Saya merepresi peristiwa traumatik kejadian digudang itu tapi
pengalaman melihat laba-laba berkaki panjang menimbulkan perasaan takut dan
cemas berkepanjangan tanpa mampu mengingat peristiwanya dengan jelas.
Berikut ini adalah contoh yang diberikan Anna
Freud yang akan memperjelas pengertian represi ini. Seorang wanita muda,yang
merasa selalu bersalah karena memliki hasrat seksual tinggi, cenderung berusaha
melupakan nama-nama pacarnya,bahkan ketika akan memperkenalkan pacar itu pada
keluarganya. Atau seorang pecandu alkohol yang tidak bisa mengingat beberapa
kali dia berusaha bunuh diri tetapi hanya menyatakan bahwa dia berhasil “
Selamat”. Atau seorang yang waktu kanak-kanak pernah tenggelam, namun dia tidak
mampu mengingat kapan dan di mana kejadiannya, walaupun orang lain sudah
memberitahukan padanya saat dewasa dia tidak lagi takut dengan air.
Perlu diingat bahwa mekanisme pertahanan ego ini
berfungsi secara tidak sadar. Sebagai cntoh,saudara saya sangat takut dengan
anjing,tapi tidak ada mekanisme pertahanan ego yang terlibat dalam perasaannya
ini. Dia memang pernah digigit anjing . Biasanya yang kita sebut dengan fobia
adalah rasa takut yang tidak rasional dan berasal dari represi terhadap trauma.
3.
Asketisisme atau menolak segala kebutuhan.
Ini adalah mekanisme pertahanan ego yang paling
jarang dikenal orang, tapi menjadi sangat relevan seklai di zaman sekarang
dengan begitu banyaknya gangguan mental yang disebut anorexia. Anak-anak praremaja , ketia merasa “tersiksa” oleh
munculnya dorongan seksual, bisa jadi secara tidak langsung mencoba melindungi
diri dengan menolak, bukan hanya dorongan seksual, tapi seluruh bentuk dorongan
napsu. Mereka menempuh gaya hidup “Asketik”(cara hidup pendeta) guna menolak
apa-apa yang dinikmati orang lain.
Remaja laki-laki zaman sekarang sangat tertarik
pada disiplin diri yang diajarkan dalam seni bela diri. Untungya, seni bela
diri bukan hanya tidak akan menyakiti Anda, tapi juga dapat menbantu Anda dalam
menjaga diri. Sayangya, remaja putri dalam masyarakat kita sekarang malah
sangat tertarik memperoleh standar kecantikan tertinggi , walaupun bersifat
artifisial dan berdampak buruk. Dalam teori Freudian , penolakan remaja putri
untuk makan banyak (diet) sebenarnya adalah bentuk permukaaan dari penolakan
mereka terhadap pertumbuhan seksual yang sedang mereka alami. Parahnya lagi
masyarakat sekarang turut membantu mereka. Lihat saja, Sebagian masyarakat
mematok berat badan ideal wanita 10 kg lebih rendah dari apa yang ideal menurut
kesehatan.
Anna Freud menambahkan bentuk askietisisme yang
agak longgar yang dia sebut sebagai “Pengendalian
Ego”. Disini orang kehilangan minat dan ketertarikannya pada salah satu
aspek kehidupan dan memfokuskan perhatian pada aspek lain. Ini dilakukan demi
mengelak dari kenyataan. Seorang remaja yang ingin menolak hasratnya mungkin
akan berpaling kepada hal-hal feminim dan menjadi “pemikir tak bernafsu”, atau
seorang remaja pria yang takut dipermalukan dalam tim sepak bolanya akan
memaksakan diri untuk menyukai puisi.
4.
Isolasi (disebut juga intelektualisasi).
Mekanisme ini berjalan dengan cara mengalihkan
emosi deri kenangan yang menakutkan. Contohnya adalah orang yang merasa dirinya
dianggap sebagai anak kecil , atau orang yang selalu mengedapankan aspek
intelektual ketika pertama kali di kenal dengan urusan seksual. Di sini yang
terancam bukan persoalan kecil sebagaimana kelihatannya.
Dalam situasi darurat, ada orang yang tetap
tenang dan mampu berkumpul bersama sampai keadaan menjadi pulih , mereka
kembali bercerai berai . Ada yang mengatakan pada Anda bahwa dalam situasi
darurat , Anda tidak bisa berpisah dari orang lain. Dengan begini kita tidak
akan sulit menjelaskan kenapa orang cenderung merasa dekat kalau sudah ada
salah satu anggota masyarakat yang meninggal. Para dokter dan perawat harus
membiasakan diri memisahkan rasa jijik,jengekl takut mereka pada darah, luka,
rintihan, dan sebagainya, serta tetap memperlakukan pasien dengan ramah, hangat
seperti keluarga sendiri.
Remaja yang senang film horor akan sering tampil
kehadapan orang banyak yang tujuan sebenarnya adalah menghilangkan rasa takut
mereka sendiri. Tidak ada contoh yang paling baik selain seorang yang ketika seluruh penonton di
gedung bioskop tertawa karena filmnya lucu, dia malah diam dan merasa tidak
diperhatinkan.
5.
Penggantian
Mekanisme ini berjalan dengan cara mengalihkan
arah dorongan ke target pengganti.Jika anda mersa nyaman dengan
dorongan,hasrat,dan nafsuyang anda rasakan,tapi orang lain yang akan dijadikan
sasaran semua perasaan itu malah merasa terancam, maka anda dapat mengganti dia
dengan orang lain atau benda lain yang dijadikan target simbolik.
Orang yang membenci ibunya mungkin akan menekan
perasaan itu, tapi juga mengarahkannya pada yang lain, misalnya wanita secara
umum.Orang yang tidak punya kesempatan mencintai orang lain mungkin akan
menggantinya dengan anjing atau kucing kesayangannya.Orang yang tidak merasa
nyaman dengan hasrat seksualnya dengan manusia nyata mungkin akan menukarnya
dengan boneka atau benda lain.Orang yang merasa putus asa anjingnya, mencubit
keras-keras anggota keluarga yang lain, atau bermenung dengan atasannya di
tempat kerja , mungkin ketika sampai di rumah akan menendang di depan perapian.
6.
Melawan Diri Sendiri
Merupakan bentuk penggantian paling khusus, di
mana seseorang menjadikannya dirinya sendiri sebagai target pengganti.Biasanya
diri sendiri dijadikan sebagai target pengganti untuk pelampiasan rasa
benci,marah, dan keberingasan, ketimbang pelampiasan terhadap dorongan-dorongan
positif.Menurut Freud, mekanisme ini dapat menjelaskan perasaan minder,
bersalah, dan depresi yang kita alami.Ide bahwa depresi sering muncul akibat
kemarahan yang di tahan dapat diterima setiap teoretikus, baik Freudian maupun
non-Freudian.
H.
Tahap-Tahap Perkembangan
Dalam teori Freud menyinggung hasrat seksual, bahwa hasrat seksual
merupakan motivasi paling penting. Menurut freud hasrat seksual adalah motivasi
paling dasar bukan saja bagi orang dewasa, tapi juga bagi anak-anak dan bayi.
Saat dia mempernalkan gagasan tentang seksualitas bayi ke public Wina, public
menanggapi lebih sebagai seksualitas orang dewasa. Freud mencatat bahwa
usia-usia tertentu, bagian-bagian kulit kita dapat menimbulkan kenikmatan yang
lebih besar disbanding bagian kulit yang lain. misal: seorang bayi mendapat
kenikmatan tertinggi ketika menghisap, khususnya ketika menyusu pada ibunya. Di
usia 3 atau 4 tahun, dia akan menemukan kenikmatan ketika menyentuh alat
kelaminnya. Barulah kemudian di saat perkembangan seksual sudah mencapai
kematangan, kita menemukan kenikmatan paling tinggi di dalam hubungan seksual.
Berdasarkan pengamatan inilah Freud membuat teori perkembangan psikoseksual.
Tahap perkembangan Psikoseksual itu adalah:
1.
Tahap Oral
Berlangsung
dari Usia 0 samapai 18 bulan. Titik kenikmatan terletak pada mulut, di mana
aktivitas paling utama adalah menghisap dan mengiggit.
2.
Tahap Anal
Yaitu tahap yang berlangsung dari usia 3-4 tahun. Titik
kenikmatan terletak pada anus. Memegang dan melepaskan sesuatu adalah aktivitas
yang paling diknikmati.
3. Tahap
Phallic
Berlangsung antara usia 3-5 tahun, 6 atau
7 tahun. Titik kenikmatan di tahap ini adalah alat kelamin, sementara aktivitas
paling nikmatnya adalah masturbasi.
4. Tahap
laten
Berlangsung dari usia 5,6 atau 7 sampai usia pubertas ( sekitar usia 12
tahun. Dalam tahap ini, freud yakin bahwa rangsangan-rangsangan seksual ditekan
sedemikian rupa demi proses belajar. Pada zaman Freud adalah zaman yang
meresapi wacana seksualitas anak-anak lebih lambat dari perkembangan yang
dialami anak zaman sekarang.
5. Tahap
Genital
Dimulai pada saat usia pubertas,
ketika dorongan seksual sangat jelas terlihat pada diri remaja, khususnya yang
tertuju pada kenikmatan hubungan seksual. Mastrubasi, seks oral, homoseksual
dan kecendrungan-kecrendungan seksual lain yang dianggap “biasa” saat ini,
tidak dianggap Freud sebagai seksualitas yang normal.
Tahap-tahap perkembangan
seksual:
1. Krisis Oedipal
Setiap
tahap perkembangan di atas memiiki kesulitannya masing- masing yang kemudian
menimbulkan masalah seksualitas. Dalam tahap oral, yang jadi persolan adalah
penyapihan (penghentian pemberian ASI), sedangkan di tahap anal adalah
pelajaran buang air di toilet. Di tahap phallic yang jadi masalah adalah Krisis Oedipal.
Cara
kerja krisis Oedipal adalah sebagai berikut: objek cinta kita yang pertama
adalah ibu kita. Kita butuh perhatian, kasih sayang, dan belainnya. Namun, kita
menginginkan itu semua dalam pengertian
seksual secara luas. Seorang bocah laki-laki punya saingan dalam mendapatkan
keinginannya ini, yaitu ayahnya sendiri. Dia juga akan mengidentifikasi diri
dengan penaklukannya, agar bisa menjadi seorang laki-laki jantan. Setelah
beberapa tahun berjalan, tahap laten ini jadi matang dan dia masuk ke usia
remaja, ke dunia heterokseksual orang dewasa.
Anak
perempuam memulai hidupnya dengan cinta terhadap ibu. Di sini yang akan lihat
adalah bagaimana proses peralihan cinta dan kasih sayangnya dari ibu ke ayah
sebelum krisis oedipal. Proses ini dinamakan Kecemburuaan terhadap penis (penis envy). Maka dari itu bocah perempuan
mengalihkan perhatiannya dari ayahnya dengan mengagumi bocah laki-laki atau
pria dewasa.
2. Karakter
Pengalaman
yang anda peroleh dimasa -masa pertumbuhan sangat mempengaruhi kepribadian dan
karakter anda setelah dewasa. Menurut freud, pengalaman-pengalaman traumatis
adalah yang paling berpengaruh. Setiap trauma pasti memiliki dampak yang unik
pada diri seseorang., yang hanya bisa dipahami berdasarkan latar belakang
individual. Namun trauma yang menyangkut
tahap-tahap perkembangan memiliki dampak yang hamper sama pada setiap
orang, sebab setiap saat kita pasti melewati tahap-tahap ini.
Fiksasi
adalah di mana kendala yang ditemukan pada suatu tahap tetap bertahan dan
memepengaruhi kepribadian atau karakter anda di tahap-tahap berikutnya. Kalau usia 8 bulan pertama anda mendapat
hambatan dalam mendapatkan keinginan, dalam hal ini menyusu mungkin karena ibu
anda sakit atau tidak bisa menjaga anda setiap saat, atau menyapih terlalu
cepat, maka kepribadian anda akan berkembang menjadi karakter oral-pasif. Karakter orang ini cenderung bergantung kepada orang
lain. Mereka cenderung menginginkan hal-hal yang berhubungan dengan mulut,
seperti makan, minum, merokok, dan sebagainya.
Pada
saat usia 5 sampaikan
8 bulan, pekerjaan yang paling menyenagkan pada usia ini adalah
menggigit sesuatu. Kalau tahap ini mengalami kendala dan sampai pada saat
disapih, kepribadian yang akan dibentuk adalah kepribadian oral-agresif.
Kepribadian orang ini memiliki hasrat
utuk selalu menggit, seperti pensil, gagang kaca mata, permen karet, atau orang
lain. Mereka cenderung agresif, argumentative, sarkatis, dan sebagainya.
Sebagian
orang tua tidak terlalu ngotot mengajari anak-anak buang air sendiri ke toilet.
Mereka akan gembira sekali kalau anak berhasil melakukannya. Di usia ini, anak
adalah raja di rumah dan dia mengetahuinya. Kepribadian anak akan berkembang
menjadi kepribadian anal-agresif. Orang dengan kepribadian ini cenderung tidak
rapi,sembarangan dan ceroboh. Bahkan ada yang sampai pada tahap kejam dan
destruktif. Orang tua dengan sikap keras ini mungkin akan menggunakan hukuman
atau cemooh. Anak yang di didik dengan cara ini akan tumbuh dengan kepribadian
anal-retentif. Dia cenderung menjadi orang gila akan kebersihan, perfeksionis,
keras kepala dan agak dictator. Dengan kata lain, kepribadian anal-retentif
sangat kaku dalam segala hal.
Masih
ada lagi kepribadian phallic yang tidak memiliki nama khusus. Kalau seseorang
anak laki-laki merasa tidak diacuhkan ibunya dan terancam dengan kemaskulinan
ayahnya, dia tidak akan memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuannya
sendiri, terutama dalam persoalan seksualitas. Dia mungkin akan merasa teranam
dan tersiksa ketika berinteraksi dengan lawan jenisnya, beralih jadi kutu buku,
tidak menyenangi hal-hal yang bersifat laki-laki yang bersifat laki-laki dan
lebih suka hidup seperti wanita (banci). Betu pula dengan sebaliknya seorang
anak perempuan yang tidak diacuhkan ayahnya dan merasa teracam oleh kefemininan
ibunya, juga tidak akan peka terhadap potensi dirinya sediri, sehingga
kepribadiannya berkembang menjadi kelaikan-lakian (tomboy).
3. Terapi
Terapi
Freud lebih berpengaruh bila dibandingkan dengan terapi-terapi teoritikus
lainnya dan jika dibandingkan dengan aspek lain dari teori-teorinya sendiri.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan ketika sedang menjalani terapi adalah sebagai berikut:
a. Suasana Rileks
Klien yang sedang menjalani terapi
harus merasa bebas dan santai untuk mengungkapkan masalahnya. Situasi terapi
sebenarnya adalah situasi sosial yang unik, suasana dimana kita tidak perlu
merasa takut dan kuatir tentang penilaian sosial terhadap masalah kita. Dalam
terapi Freudian, seorang terapis secara praktis jadi hilang. Untuk menciptakan
suasana santai ini bisa dilakukan dengan mengatur tata ruang, warna dinding,
pencahayaan, dan sebagainya yang mencerminkan suasana santai.
b. Pembebasan Asosiasi
Klien dibebaskan untuk bicara apa
saja. Berdasarkan teori, dengan adanya kesantaian, konflik-konflik alam bawah
sadar akan muncul ke permukaan. Dalam terapi Freud ini ada kesamaan dengan
tafsir mimpi. Perbedaannya adalah dalam terapi ada ada terapis yang berusaha
memahami tanda-tanda yang menjadi masalah dan memahami cara penyelesaiannya,
sementara klien biasanya tidak mengerti dengan tanda-tanda ini.
c. Resistensi
Salah satu tanda tersebut adalah resistensi. Saat klien
mencoba mengubah topik pembicaraan, atau ngantuk, datang terlambat atau bahkan
membatalkan pertemuan, terapis berkata, “aha”. Resistensi ini menunjukkan bahwa
klien sedang merasa terancam.
d. Analisis Mimpi
Ketika tidur, kita tidak terlalu
mengekang alam bawah sadar dan cenderung melepaskannya dalam bentuk-bentuk
simbolik ke alam sadar. Keinginan id inilah yang akan dijadikan tanda
utama oleh terapis. Sebagian besar bentuk terapi menggunakan mimpi-mimpi yang
dialami klien, tapi tafsir mimpi Freudian memiliki kekhasan tersendiri, yaitu
kecenderungan untuk menemukan makna-makna seksual.
e. Parapraksis
Adalah keceplosan omong yang sering disebut Freudian Slip. Freud juga memperhatikan lawakan-lawakan yang disampaikan
kliennya. Begi Freud segala kejadian memiliki makna tersendiri. Salah menekan
nomor telepon, salah berucap, salah belok adalha kejadian-kejadian yang serius
dikaji oleh Freud.
4. Transferensi, Katarsis, dan Ingatan
a. Tranferensi terjadi ketika klien
mengarahkan perasaannya pada terapis, padahal perasaan ini seharusnya diarahkan
pada orang selain terapis. Freud menganggap transferensi sangat penting dalam
rangka membawa perasaan-perasaan terepresi yang dialami klien sekian lama ke
permukaan. Kita tidak mungkin merasa marah tanpa ada orang lain yang akan
dimarahi. Dalam terapis freudian, hubungan antara klien dan terapis
sangat erat, berbeda dengan anggapan orang selama ini.
b. Katarsis adalah luapan emosi
secara dramatis dan peristiwa traumatik yang tiba-tiba datang kembali.
c. Ingatan adalah terinagtnya
seseorang akan sumber emosinya, akan peristiwa traumatik yang dialaminya.
Sebagian besar terapi selesai ketika tahap katarsis dan ingatan ini dialami
oleh klien. Freud mengatakan bahwa tujuan terapi adalah membuat alam bawah
sadar dapat disadari.
Comments