(Fitriani Ulma)
Ku tulis bait-bait cinta di antara
dentum perkusi untuk dia, Lelakiku
Lelaki yang mampu mengukir senyum di
setiap mendungku
Lelaki yang mampu melukis tawa di
setiap dukaku
Ku tulis syair-syair penyejuk jiwa
di antara dawai biola untuk dia, Lelakiku
Lelaki bersahaja, dengan senyuman
tulusnya
Lelaki gagah perkasa, dengan
kesederhanaannya
Sepertinya Tuhan menghadirkan
cintaku untuk dia, Lelakiku. Cinta yang ku ungkapkan lewat sederet bahasa yang
sedikit alay. Entah… Aku harus tersenyum atau menangis atas kehadiran cinta yang
tengah kurasakan saat ini. Sebab tak ada yang bisa merasakannya jika dilihat
dengan kasatmata karena cintaku ini hadir berdampingan dengan tetes air mata.
Namun, cintaku tak memerlukan jemari
tuk digenggam. Cintaku tak perlu menggunakan mata tuk mengawasi gerak-geriknya.
Cintaku tak perlu memaksa mulut yang bungkam tuk menyuarakannya. Sebab cintaku
hanya menunggu Tuhan menyatukan cinta kami lewat doa-doa yang kusemat
disepertiga waktu untuk dia, Lelakiku.
Rasakan getarku diantara gemuruh
ombak kerinduan, dengan raga yang menari bersama angin. Biarkan bintang
menemanimu serta untuk menjemputku walau dengan bisik hati dan doaku sebagai
petunjuk arahmu.
Semoga lelakiku bukanlah lelaki
untuk wanita-wanita lain, lelaki yang dengan mudah membawa nama Tuhan atas nama
cinta, lelaki yang menawar wanita-wanita lewat syair-syair pujiannya, dan bukan
lelaki seperti anak muda yang kerap mengumbar-umbar rasa.
Gowa, 29 Desember 2014
Comments