Detik
detik jam mengalun lelah
Menyatukan
jarak yang tak kunjung sudah
Tanpa
sepatah kata bibir ini mulai keluh
Ada
sebuah rasa yang tak bisa digambarkan
Ada
sebuah harapan yang harus menjadi nyata
Ada
seonggok daging yang mulai rapuh
Daging
itu bernama hati
Hati
pun mulai berdecak kagum saat namanya terdengar
Padahal
yang membicarakannya berada di radius puluhan kilometer
Meski
kenyataannya kita tak saling mengenal
Membuatku
sulit untuk sekedar menanyakan kabarnya
Pun
menyapanya adalah keraguan untukku
Mendoakannya
adalah caraku menyemogakannya
Karena
doa tak hanya sebatas kata tanpa makna
Berlembar
ungkapan hati telah kutulis
Kubiarkan
berhamburan untuk sebuah kejujuran
Kubiarkan
tercecer berharap ia bisa menemukannya
Sebab
aku tidak akan pernah bisa mengatakan di depannya
Aku
ingin menyelesaikan tanya yang selalu membayang
Untuk
menata kembali puing puing hati yang rapuh
Untuk
sebuah rasa yang tidak kuketahui alasannya
Untuk
satu kesalahan karena menyukainya semauku
Nyatanya
Semua
berakhir bersamaan dengan kekhawatiranku
Kita
tidak akan pernah bisa saling mengakui
Dengan
kata kata yang sedikit lebih jujur
Gowa, 31 Oktober 2016
Pernah di terbitkan di koran Harian Amanah Makassar
Pernah di terbitkan di koran Harian Amanah Makassar
Comments